Terkadang ketika seseorang sudah ingin menikah banyak hal
yang tidak ia perhatikan sebelum memutuskan untuk maju dalam sebuah proses
mengkhitbah atau melamar...,
Apalagi jika seseorang belum terlalu mengenal calon yang
ada di hadapannya..., Yang saya maksud di sini adalah seorang harus benar-benar
berusaha untuk mencari tahu informasi yang cukup tentang calonnya... Sehingga
ketika ia memutuskan untuk maju atau mundur di atas kejelasan dari informasi
yang benar...
Dalam perkara ini manusia terbagi tiga kelompok :
1.Kelompok yang berlebih-lebihan, sehingga menerjang
yang haram dengan dalih ingin mengenal lebih jauh tentang calonnya. Sehingga
terjatuhlah dia kepada perkara yang haram, seperti pacaran, jalan bareng,
berduaan dan perkara yang haram lainnya. Yang itu semua bukanlah jalan menuju
untuk seseorang mengenal calonnya.
2.Kelompok yang meremehkan, hal ini kebanyakan didasari
karena ketidaktahuan dalam masalah ini sehingga banyak yang dikemudian hari
yang menyesal. Baik karena masalah fisiknya atau agamanya.
3.Kelompok yang ketiga yang berada di tengah-tengah,
yang mereka terbimbing dengan ilmu, tidak berlebihan dan juga tidak meremehkan.
Mereka berusaha mencari tahu tentang agama, sifat, tabiat dan akhlaq calonnya
dengan cara-cara yang dibolehkan secara syar’i. Dan tidak “melewatkan” untuk
melihat (nadhor) calonnya sebelum melamar.
Di antaranya perkara-perkara yang perlu diperhatikan
sebelum anda melangkah adalah seperti apa yang akan saya sebutkan di bawah
ini..
Pertama : Pastikan anda benar-benar tahu tentang agama
dan fisik akhwat yang ingin anda lamar supaya anda tidak menyesal di kemudian
hari.,
Agama adalah perkara yang sangat penting ketika
seseorang ingin memilih pasangan hidupnya.., Maka seseorang harus benar-benar
mencari tahu tentang agamanya, apakah agamanya benar-benar baik, sejauh mana
dia melaksanakan perkara-perkara yang Allah wajibkan seperti shalat lima waktu,
puasa dan kewajiban yang lainnya...
Atau sejauh mana dia semangat dalam menutut ilmu, ke
mana ia belajar menuntut ilmu, sudah berapa lama ia mengenal dakwah yang haq
ini , dan seterusnya dari hal-hal yang dapat kita gunakan untuk menyimpulkan
baik dan tidaknya agama dan manhaj seseorang.., Begitu juga tentang wajah atau
fisiknya, sudahkah anda mengutus orang yang anda percaya untuk melihatnya atau
sudahkah anda melihatnya (nadhor). Dan hal-hal yang lain yang anda harus
perhatikan... Terutama kebenaran informasi yang anda dapatkan dan sumber
informasi yang memberikan informasi kepada anda....
Tanyakan kepada sumber infomasi atau wasilah anda, maaf
umm (sesama akhwat) atau maaf akh (sesama ikhwan) antm mengenalnya sudah berapa
lama, kenalnya atau ketemunya hanya sebatas di tempat ta’lim atau lebih dari
itu, tanyakan lagi apakah anda pernah tinggal satu pondok atau satu rumah atau
kos-kosan dengannya dan pertanyaan – pertanyaan yang lainnya..,
Yang mana dari jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut,
anda akan mengetahui sejauh mana pemberi informasi atau comblang mengenalnya.
Ketika si pemberi informasi mengatakan orangnya baik agamanya dan anda tahu dia
mengenal calon anda hanya sebatas ketemu di tempat ta’lim dan moment-moment
tertentu maka anda bisa menilai kualitas kebenaran penilainnya tentang calon
anda, dan begitu seterusnya...
Tentu berbeda ketika ada dua sumber informasi misalnya,
keduanya sama-sama baru dua tahun mengenalnya, akan tetapi yang satu hanya
sebatas ketemu di tempat ta’lim dan moment-moment tertentu dan yang satunya
lagi pernah hidup bersamanya di satu pondok yang dari bangun hingga mau tidur ia
bertemu dengannya..., Tentu kualitas dan sejauh mana kebenaran penilaian
keduanyanya berbeda, walaupun sama-sama mengatakan baik agamanya... Kalau
ternyata sumber informasi yang pertama yang hanya sebatas ketemu di tempat
ta’lim mengatakan baik agamanya akan tetapi sumber informasi yang satu yang
pernah hidup sepondok dengannya mengatakan tidak baik akhlaqnya. Maka anda bisa
membandingkan mana yang lebih mendekati kebenaran dari kedua sumber informasi
tersebut...
Perhatikalah hal ini wahai saudaraku.., Termasuk juga
tentang keilmuan dan pemahaman agama sumber informasi anda... Karena pemahaman
agama seseorang mempengaruhi cara menilai seseorang.... Barakallahu fikum...
Ada sebuah kisah yang menarik yang terkait dengan apa
yang saya utarakan, semoga menjadi ibrah (pelajaran) bagi kita semua...
Ada seorang akhwat yang “menggugat” comblangnya yang
bergelar LC dari Madinah (1) karena si akhwat merasa informasi yang didapatkan
tentang baiknya agama suaminya ketika proses dulu tidak sesuai dengan
kenyataan...
Wallahu ta’ala a’lam tentang apa sebenarnya
permasalahannya, kemungkinan masalahnya adalah di antara apa yang telah saya
utarakan di atas...
Inti yang ingin saya utarakan di sini adalah ketika
seseorang ingin maju atau mundur dalam sebuah proses benar-benar di atas
kejelasan informasi yang cukup tentang agama dan fisiknya...
Kedua : Teliti kembali kebenaran informasi yang anda
dapatkan..,
Aku teringat seorang suami yang mengeluh kepada istrinya
tentang banyak informasi yang tak sesuai ketika dalam proses mereka berdua...,
Istrinya menjawab, dulu ketika wasilahnya ditanya, afwan umm ikhwannya tanya
apa, wasilahnya menjawab (karena merasa sangat kenal dengannya), “Sudah gampang
biar nanti saya yang ngasih tahu informasi tentang anti (kamu).” Kesalahan dari
seorang wasilah (comblang) dengan tidak mengecek lagi kebenaran informasi yang
ia sampaikan terkadang sangat fatal akibatnya..
Tergantung sebesar apa informasi yang ia sampaikan
menjadi sebab maju atau mundurnya seseorang dalam sebuah proses.
Kalau seseorang tidak mengecek dan meneliti kembali
informasi yang ia dapatkan, maka kesalahan wasilahnya akan berimbas buruk
kepadanya...
Tapi harus diingat dengan cara yang baik atau dari jalan
yang lain. Karena setiap wasilah (perantara/comblang) mempunyai aktivitas dan
kesibukan yang berbeda-beda...
Mereka membantu seseorang sesuai dengan kemampuannya
masing-masing..,
Dan jangan lupa di antara akhlak yang baik adalah kita
mengetahui kebaikan dan membalas kebaikan orang yang berbuat baik kepada kita –
ya Allah mudahkanlah kami untuk mebalas kebaikkan orang yang berbuat baik
kepada kami – Amin...
Ketiga : Jangan lupa untuk meminta pertimbangan kepada
orang yang berilmu (musyawarah) tentang hal ini, terkhusus ilmu yang berkaitan
dengan apa yang kita bahas di dalam tema ini...
Mungkin anda melihat sesuatu tentang calon anda, baik
itu yang sifatnya penilaian yang baik atau sebaliknya. Atau mungkin anda
menilai sebaiknya tetap meneruskan proses yang sedang anda jalani atau malah
sebaliknya. Atau anda merasa sampai di sini saja prosesnya karena mendapatkan
ganjalan di tengah jalan dan dari perkara-perkara yang semisalnya...
Tetapi justru setelah anda meminta pertimbangan orang
yang memiliki ilmu dalam masalah ini anda mendapatkan jawaban, saran atau
solusi yang menyelisihi kesimpulan anda untuk maju atau mundur, meneruskan atau
cukup sampai di sini saja. Perhatiakanlah hal ini wahai saudaraku...
Itulah keutamaan orang yang berilmu bisa melihat apa
yang tidak kita lihat disebabkan ilmunya. Sehingga ia bisa memberikan pengarahan
yang baik kepada anda. Ketimbang anda tidak meminta pertimbangan kepada orang
yang berilmu.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka.”
(Qs. Asy-Syura : 38)
Keempat : Berdoa kepada Allah...
Berdoa kepada Allah adalah sebuah ibadah yang sangat
agung, sebab yang besar seseorang meraih apa yang ia inginkan...
Allah Ta’aala berfirman :
“ Dan apabila hamba – hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (Qs. al-Baqarah : 186)
“ Dan Rabbmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu.” (Qs. al-Mukmin : 60)
Maka jangan lupakan berdoa, agar Allah memberi kemudahan
kepada urusan kita...
Kelima : Jangan lupa shalat istikharah, kita serahkan
urusannya sama Allah dengan disertai usaha yang maksimal..
Kebutuhan kita kepada Allah sangatlah besar di antaranya
dengan melaksanakan shalat istikharah..., Ketika seorang hamba melakukannya
menunjukkan kepercayaannya yang kuat kepada Allah, dan keterkaitan hatinya
dengan apa yang ada di sisi-Nya serta ridha dengan segala keputusan-Nya...
Dari Jabir Radiyallahu ‘anhu menuturkan : “ Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami istikharah di dalam segala urusan
kami, sebagaimana mengajari kami surat di dalam al-Qur’an, yaitu beliau
bersabda :
‘Bila salah seorang di antara kalian mempunyai urusan
maka shalatlah dua rakaat, lalu berdoalah : ‘Ya Allah, saya meminta dengan ilmu
yang ada pada-Mu, pilihan yang terbaik bagiku, saya minta ditetapkannya
urusanku ini, sesuai kehendak-Mu, saya memohon karunia-Mu yang Agung. Karena
Engkaulah yang menetapkan sedang saya tidak bisa menetapkan. Engkau yang tahu
sedang saya tidak tahu, Engkaulah yang Maha Tahu, tentang perkara-perkara
ghaib. Wahai Allah, bila menurut-Mu urusan ini baik bagi diriku, agamaku,
penghidupanku, dan juga baik akibat-akibatnya, (dalam riwayat lain disebutkan :
di masa sekarang atau di kemudian hari) maka tetapkanlah hal itu untukku.
Namun, bila menurut-Mu urusan ini jelek bagi diriku, agamaku, penghidupanku,
dan juga jelek akibat-akibatnya, (dalam riwayat lain disebutkan : di masa
sekarang atau di kemudian hari) maka jauhkanlah hal itu dariku dan jauhkanlah
aku dari hal itu. Tetapkanlah selalu kebaikkan untukku apapun keadaannya, lalu
jadikanlah aku ridha kepadanya. Setelah membaca doa itu hendaklah ia
menyebutkan keperluannya.’”
(HR. Bukhari).
Itulah di antara perkara yang harus diperhatikan ketika
seseorang ingin melanjutkan proses yang sedang ia jalani. Semoga Allah
memudahkan urusan kita semua. wa’allahu a’lam bis shawwab